Embun Pagi….
Sashimi..( dulu pernah makan ini )
Bersama keluarga Inoue san,..
Budaya Membaca
Sewaktu saya di Jepang ( tahun 2008 ), ada satu hal yang saya lihat dan cukup membuat saya salut, yaitu budaya membaca di Jepang. Di negeri ini minat membacanya sangat tinggi. Sebagai salah satu parameternya adalah ketika kita naik kereta api disana atau ditempat2 umum, maka akan dengan mudah dan sangat banyak orang asik membaca. Mulai dari anak kecil ( tentunya yang dah bisa membaca ) sampai kakek2 or nenek2. Baik dari kota2 besar sampai kampung2. Hal ini berbeda dengan negara kita, yang kalau saya pribadi melihat budaya membaca di masyarakat kita ini masih rendah. Sangat jarang kita temui orang yang kemana-mana senantiasa menenteng buku tuk dibaca dikala senggang. Di Jepang hal tsb akan sangat mudah kita temui. Selain itu di Jepang banyak ditemui toko2 buku di pinggir jalan, tidak mengharuskan kita pergi ke mall2 besar. Di toko tsb kita bisa membeli buku atau hanya sekedar membaca, karena ternyata buku2 seken juga banyak dijual disitu. Bahkan buku kartun nya pun, seken nya sampai ke Indonesia.
Dengan membaca kita akan tahu banyak hal, yang mungkin kita tidak tahu jadi tahu atau yang tadinya kita tidak bisa melakukan sesuatu jadi bisa. Selain itu dengan membaca kita bisa mengalihkan ke sesuatu yang positif daripada kita duduk2 saja atau konkow2 maka membaca adalah alternatif yang tepat untuk itu. Dengan membaca kita juga akan tambah pengetahuan, bahkan sejatinya proses transfer ilmu dimulai dari membaca. Tidak heran pada saat wahyu pertama turun rasulullah diperintahkan untuk membaca.
Mungkin ini juga hikmah mengapa Allah SWT memberikan indera pengelihatan untuk membaca berjumlah dua, sedangkan mulut sebagai indera bicara hanya diberikan satu. Artinya kita disuruh lebih banyak membaca. Membaca disini sebenarnya konteksnya lebih luas, bukan hanya membaca dari segi letter leg seperti itu, akan tetapi membaca lingkungan sekitar kita juga sangat perlu. Membaca alam ini mungkin akan semakin membuat kita bertafkkur, betapa Allah SWT maha besar..
Nikmat
Berbicara tentang nikmat, sejatinya bahwa nikmat sendiri itu adalah nikmat. Lho koq bisa ? Contohnya begini ketika kita makan misalkan dengan nasi kucing yang quantitynya untuk kucing alias sedikit banget dan lauknya pun biasanya cuman sama sambel dan ikan asin. Kalau Allah SWT menganugerahkan rasa “nikmat” itu maka nasi kucing itu akan terasa nikmat nya luar biasa. Bahkan mengalahkan makanan mahal sekalipun. Hal ini karena Allah SWT memberikan rasa “nikmat” itu kedalam hati/diri kita. Sebaliknya jika Allah SWT tidak memberikan rasa “nikmat” itu, maka makan dengan kondisi apapun, dengan lauk ataupun menu apapun maka makanan tersebut tidak akan terasa “nikmat”. Hal ini bisa kita lihat pada orang sakit. Oleh karena itu wahai sahabat, kita dianjurkan senantiasa bersyukur atas rasa “nikmat” tadi. Bayangkan jika Allah SWT sudah mencabut rasa “nikmat” itu dalam diri kita, maka dunia akan terasa tidak menyenangkan. Contoh lain adalah ketika kita berkendara dengan motor butut, kalau Allah SWT memberikan rasa “nikmat” itu maka berkendara dengan motor butut itu akan terasa nikmat. Sebaliknya juga kalau Allah SWT tidak memberikan rasa “nikmat” itu maka berkendara dengan kendaraan sebagus apapun itu tidak akan terasa nikmat. Disini memang untuk bisa merasai rasa “nikmat” itu membutuhakn proses dan perenungan yang dalam. Oleh karena itu saya sarankan dalam setiap tindakan atau aktifitas kita coba renungkan skenario apa yang telah Allah berikan atau tunjukkan kepada kita. Dari sini insya Allah akan terlahir rasa syukur yang tak terkira atas berbagai anugerah Allah kepada kita. Ketika kita berpulang kerja malam-malam, kemudian kita lihat ada abang2 yang dengan setia memikul dangangan bakso “cuanki” nya, tidak kah kita berpikir bahwa itu sebenarnya Allah SWT sedang memperlihatkan nikmat nya yang telah diberikanya kepada kita. Kita bisa bekerja dengan ruangan yang enak, pulang pergi bawa kendaraan yang nyaman penghasilan yang tinggi. sementara si abang tadi harus bercapek2 menempuh perjalanan dinginnya malam, deraian hujan, panas terik mentari dengan hasil yang mungkin jauh dari yang kita dapatkan.
Sahabat sekalian, sekali lagi renungi dalam2 nikmat Allah SWT ini, niscaya kita akan semakin bersyukur. Maka ada doa yang sangat indah yang tertuang didalam Alquran,
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu-bapakku dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai, serta masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.” (QS. Al-Naml: 19).
Mudah2an Allah SWT menggolongkan kita kedalam golongan orang2 sholih. Aamiin ya rabbal ‘alamin..
Pergi Haji
Rekans, Bagaimana jawaban kita ketika kita ditanya, apakah bapak/ibu, mas/mbak mau pergi haji ? Saya yakin hampir semua akan menjawab “Ya”, akan tetapi level “Ya” nya ini bermacam2.
Ada yang 10%, 20%, sampai mungkin 99%. Cara mengecek persentase level “Ya” nya cukup gampang. Yaitu dengan dilanjutkan pertanyaan berikutnya, misal ” Apakah sudah daftar haji ? Kalau belum maka bisa dipastikan level “Ya” nya masih dibawah 50 %. Apabila sudah maka Insya Allah sudah diatas 50 %. Karena memang sekarang dengan adanya dana talangan yang disediakan bank2 syariah sangat memudahkan kita untuk mendaftar haji. Dengan mendaftar maka Insya Allah niat kita betul2 ingin berkunjung ke baitullah.
Bagi pembaca yang belum daftar, silahkan daftar di bank syariah yang mempunyai produk tsb. Alhamdulillah saya dan istri walaupun pakai dana talangan tetapi kami sudah daftar. Mudah2an di tahun ini kami bisa melunasi kekuranganya. Setelah nanti kita mendaftar, maka nama kita akan muncul di website depag, dan kita bisa mengecek estimasi kapan kita akan berangkat. Sedangkan kami insya Allah di tahun 2020.
Ya Allah mudahkan kami untuk berkunjung ke Rumah-Mu. Aamiin ya Rabbal ‘alamin..
Punya Bisnis Sendiri
Saat ini aku masih bekerja pada orang lain. Alhamdulillah dengan gaji yang cukup lumayan dan waktu yang agak longgar dari pada perusahaanku sebelumnya. Akan tetapi akhir2 ini aku sering berpikir agar suatu hari nanti aku akan mempunyai bisnis sendiri. Yang dengan bisnis ini aku bisa manage sendiri berikut juga mengembangkanya. Dari bisnis ini juga kuberharap akan mampu sebagai penopang ekonomi rumah tanggaku, bahkan aku sangat ingin bisa membantu orang orang terdekatku sebanyak-banyaknya.
Ya Allah mudah2an cita2 ini bisa terwujud sebelum aku berusia 35 tahun. Beberapa ide yang muncul adalah membuka toko online. Sebenarnya dari sisi bagaimana nya membuat toko online sangat mudah, karena begitu banyaknya yang menawarkan bagaimana membuatnya. Hanya saja terkait produk ini aku masih belum menemukan yang pas. Aku menginginkan produk ini nantinya unik, sehingga ngga banyak saingan. dan juga produk ini bisa kuciptakan sendiri.
Ya Allah mudah2an aku bisa menemukan produk apa itu.
Trying Automatic Update via Block
This is the trial update status on facebook via blog,..
Kiat Tawadhu’
Dalam hidup ini kita membutuhkan sikap ini, tawadhu’. Karena memang kita hidup membutuhkan kontrol. Ibarat mobil, ada sistem kontrol brake atau pengeriman, ada kontrol gas atau kecepatan ada kontrol spion untuk kita bisa melihat ke belakang, dan lain sebagainya. Tawadhu’ disini ibarat instrument kontrol tersebut, ia mengontrol sikap dan perilaku kita supaya kita bisa menjalani hidup agar tetap “on the right track”.
Berikut saya copaskan, artikel tentang kiat tawadhu dari situs bersamadakwah.com.
Barang siapa tawadhu’ di dunia karena Allah, maka Allah mengangkat (derajat)nya pada hari kiamat.
(HR. Al Baihaqi, shahih lighairihi)
Tawadhu’ berasal dari kata tawadha’a-yatawadha’u-tawadhu’an yang artinya merendahkan diri, rendah hati, atau meletakkan di bawah. Pengertian terakhir itu senada dengan wadha’a yang artinya tempat atau letak. Secara istilah, tawadhu’ berarti menganggap orang lain lebih mulia dari diri kita dan tidak merendahkan mereka. Tawadhu’ lebih dekat dengan istilah rendah hati dalam bahasa Indonesia, tetapi ia bukan sikap minder atau rendah diri.
Bagaimana kiat agar kita mudah tawadhu’? Intinya adalah bagaimana kita bisa melihat sisi-sisi kebaikan dan keunggulan orang lain sehingga kita dapat belajar dari kemuliannya sekaligus tidak merasa lebih mulia darinya.
Ketika bertemu dengan orang yang lebih muda, katakan pada diri kita: “Orang ini lebih muda dariku, tentu dosa-dosanya lebih sedikit dibandingkan denganku. Kemaksiatannya belum sebanyak diriku.”
Ketika bertemu dengan orang yang lebih tua, katakan pada diri kita: “Orang ini lebih tua dariku, tentu amal-amalnya lebih banyak dariku. Ia telah beribadah lebih lama dari diriku.”
Ketika bertemu dengan orang yang lebih kaya, katakan pada diri kita: “Orang ini lebih kaya dariku, Ia telah dikaruniai sesuatu yang dengannya. Ia bisa berzakat dan bersedekah. Infaq dan jihad hartanya tentu lebih banyak dariku.”
Ketika bertemu dengan orang yang lebih miskin, katakan pada diri kita: “Orang ini lebih sedikit hartanya dibandingkan diriku. Ia lebih mudah dan lebih singkat hisabnya dari diriku, dan lebih besar pahala sabarnya dibandingkan denganku.”
Ketika bertemu dengan orang yang pandai, katakan pada diri kita: “Orang ini lebih banyak ilmunya dariku. Ia lebih alim dari diriku dan dengan ilmunya Allah meninggikan derajatnya.”
Ketika bertemu dengan orang yang bodoh, katakan pada diri kita: “Ketika orang ini bermaksiat, dosanya lebih ringan dariku. Sebab ia bermaksiat dalam kebodohannya, sedangkan aku bermaksiat padahal aku mengetahui ilmunya.”
Ketika bertemu dengan anak muda yang telah bergabung dengan dakwah, katakan pada diri kita: “Pemuda ini sungguh luar biasa. Ia telah mendapatkan hidayah dan aktif berdakwah sejak muda. Sungguh pahalanya telah mengalir sejak usia muda yang saat di usia itu aku belum ada apa-apanya.”
Ketika bertemu dengan orang tua yang baru bergabung dengan dakwah, katakan pada diri kita: “Orang tua ini sungguh beruntung. Ia mendapatkan hidayah Allah di penghujung usianya. Sedangkan diriku, sanggupkah aku istiqamah hingga di usia senja sepertinya?”
Ketika bertemu dengan ikhwah yang tilawahnya banyak, katakan pada diri kita: “Ikhwah ini tilawahnya lebih banyak dariku. Pahala dan kebaikannya juga lebih banyak dariku karena tiap huruf diganjar sepuluh kebaikan.”
Ketika bertemu dengan ikhwah yang tilawahnya sedikit, katakan pada diri kita: “Ikhwah ini tilawahnya lebih sedikit dariku. Mungkin ia mentadabburi ayat demi ayat yang dibacanya, maka ia lebih utama karena kualitasnya daripada kuantitas tilawahku.”
Ketika bertemu dengan … katakan pada diri kita …
Silahkan Anda yang meneruskan, karena pengalaman Anda insya Allah lebih banyak dan lebih memperkaya kiat tawadhu’ untuk kita bersama. [Muchlisin]